Kamis, 19 September 2013

Kisah Perang Yamamah

 Berkumpul bersama orang-orang yang shalih nan pemberani bisa menyemangati kita untuk menjadi seperti mereka. Jika pun tak sempat berjumpa langsung, mendengar dan membaca kisah mereka sudah bisa mengajarkan teladan yang besar pada kita. Berikut ini kami sadurkan sebuah kisah yang akan semakin menggugah keberanian kita dalam jihad fiisabiilillah. Selamat membaca….
***
Ibnu Katsir membawakan kisah matinya Musailamah Al-Kadzdzab [1] -semoga Allah melaknatnya- pada Perang Yamamah.
Ketika pasukan muslimin dan pasukan Musailamah Al-Kadzdzab berhadap-hadapan, Musailamah berkata kepada pengikutnya, “Hari ini adalah hari kecemburuan. Jika kalian kalah pada hari ini maka istri-istri kalian akan menjadi tawanan dan mereka akan menjadi budak. Oleh karena itu, berperanglah kalian untuk membela kedudukan dan melindungi wanita-wanita kalian.” [2]
Pasukan muslimin terus maju hingga Khalid naik ke tanah yang lebih tinggi dari Yamamah. Kemudian beliau membagi pasukannya.
Bendera kaum Muhajirin dipegang oleh Salim maula Abu Hudzaifah. Bendera kaum Anshar dipegang oleh Tsabit bin Qais bin Syammas, sedangkan kabilah Arab yang lain menggunakan bendera sendiri.
Kemudian pasukan kaum muslimin dan orang-orang kafir saling bertempur. Terjadilah pertempuran. Pasukan muslimin dari kabilah Arab yang lain bisa dikalahkan. Kemudian para shahabat saling menegur sesama mereka.
Tsabit bin Qais bin Syammas berkata, “Sungguh amat jelek kebiasaan yang kalian berikan kepada rekan kalian.”
Lalu terdengarlah seruan dari segala arah, “Berikanlah jalan keluar kepada kita, wahai Khalid.”
Setelah itu, kelompok Muhajirin dan Anshar masing-masing membentuk kelompok sendiri, juga Al-Barra’ bin Ma’rur. Dahulu, blia ia melihat perang maka ia akan gemetar. Lalu ia akan duduk di atas tunggangannya hingga kencing di celananya. Kemudian ia akan menerjang seperti singa.
Adapun Bani Hanifah menjalani oernga ini dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya.
Karena itu, para shahabat saling memberikan wasiat di antara sesama mereka. Para shahabat mengatakan, “Wahai pengahapal surat Al-Baqarah, hari ini saaatnya pahlawan waktu sahur.”
Tsabit bin Qais membuat lubang untuk menanam kedua kakinya di bumi hingga setengah betis setelah ia mengusapkan obat pengawet mayat dan mengenakan kafan, dalam keadaan ia memegang panji kaum Anshar. Ia masih terus bertahan hingga terbunuh di lubang itu.
Kaum Muhajrin mengatakan kepada Salim maula Abu Hudzaifah, “Apakah kamu khawatir kita akan ditimpa kekalahan karena dirimu?” Lalu Salim mengatakan, “Kalau seperti itu yang terjadi maka aku sejelek-jelek pembawa Al-Quran.”
Zaid bin Al-Khaththab berkata, “Wahai sekalian kaum muslimin, gigitlah kuat-kuat dengan gigi geraham kalian. Teruslah, tebaskan pedang ke arah musuh-musuhmu! Teruslah maju! Demi Allah, aku tidak akan bicara lagi setelah ini hingga Allah mengalahkan mereka, atau aku berjumpa dengan-Nya, lalu aku akan mengajak-Nya bicara dengan alasan-alasanku.” Kemudian ia gugur sebagai syahid, semoga Allah meridhainya.
Abu Hudzaifah berkata, “Wahai penghapal Al-Quran, hiasilah Al-Quran dengan perbuatan.” Lalu ia terus maju ke tengah pasukan musuh hingga gugur, semoga Allah meridhainya.
Khalid bin Al-Walid terus menyerang hingga melewati pasukan musuh dan menuju ke arah Musailamah. Ia senantiasa mengintai untuk bisa mencapai Musailamah agar bisa membunuhnya. Kemudian ia berbalik dan berdiri di antara dua pasukan. Dia menantang untuk duel dan mengatakan, “Aku adalah putra Al-Walid. Aku adalah putra ‘Amir dan Zaid.”
Kemudian ia mengumandangkan semboyan-semboyan kaum muslimin. Mulalilah ia membunuh setiap pasukan musuh yang berduel dengannya. Ia juga akan melumat semua musuh yang mendekat kepadanya. Pasukan muslimin mulai menguasai keadaan. Lalu ia mendekati Musailamah dan menawarkan untuk kembali kepada kebenaran. Akan tetapi, setan yang ada pada diri Musailamah terus membisikinya, sehingga Musailamah tidak mau menerima tawaran apa pun. Setiap kali Musailamah mencoba melakukan pendekatan, setan yang ada padanya selalu berupa memalingkannya. Setelah itu, Khalid meninggalkan Musailamah.
Sebelumnya, Khalid telah membagi pasukan Muhajirin dan Anshar. Khalid memisahkan kedua pasukan ini dari pasukan muslimin yang berasal dari kabilah Arab yang lain. Beliau juga memisahkan pasukan berdasarkan keturunannya masing-masing. Sehingga setiap pasukan berperang di bawah bendera komando keturunannya. Dengan cara seperti itu, maka akan segera diketahui dari bagian pasukan yang mana kekalahan menimpa mereka. Sedangkan para shahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam masih terus bersabar menghadapi keadaan yang sangat genting ini. Mereka menghadapai kobaran perang yang belum pernah dihadapi sebelumnya.
Para shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa maju menerjang leher-leher musuh, hingga Allah memberikan kemenangan kepada mereka. Orang-orang kafir pun lari tunggang langgang. Namun para shahabat masih terus memerangi sisa pasukan musuh dan menebaskan pedang ke leher-leher mereka. Para shahabat berhasil mendesak pasukan Musailamah di kebun kematian. Hakim Yamamah, yaitu Muhkam bin Ath-Thufail -semoga Allah melaknatnya- telah memberikan isyarat agar pasukan Musailamah memasukinya.
Lalu pasukan Musailamah masuk ke kebun kematian, dan di dalamnya ada musuh Allah, Musailamah. Abdurrahman bin Abu Bakar berhasil mendekati Ath-Thufail dan memanahnya sampai mengenai leher Muhkam dalam keadaan ia sedang berceramah. Abdurrahman berhasil membunuh Muhkam.
Orang-orang Bani Hanifah menutup pintu kebun, namun para shahabat terus mengepung mereka.
Al-Barra’ bin Malik mengatakan, “Wahai pasukan muslimin, lemparkan aku ke arah pasukan musuh di dalam kebun.”
Kemudian, pasukan muslimin menempatkannya di atas perisai, dan mengangkatnya dengan tombak hingga bisa melemparkannya ke arah pasukan musuh melewati pagar. Al-Barra’ senantiasa memerangi pasukan Musailamah yang berada di dekat pintu, hingga Al-Barra’ berhasil membuka pintu tersebut. Kemudian pasukan kaum muslimin masuk ke dalam kebun, baik melalui atas pagar maupun menjebol pintu-pintunya.
Pasukan muslimin terus memerangi orang-orang murtad yang ada di dalam kebun dari kalangan penduduk Yamamah. Kemudian pasukan Islam berhasil menuju ke arah Musailamah -semoga Allah terus melaknatnya-. Ketika itu, ia sedang berdiri di atas pagar yang retak seakan ia adalah unta yang berwarna abu-abu.
Musailamah ingin bersandar karena ia tidak bisa menahan marah. Apabilan setan dalam diri Musailamah meninggalkannya, akan keluar buih dari pelipisnya. Lalu Wahsyi bin Harb,maula Jubair bin Muth’im, mendekati Musailamah dan melemparnya dengan tombak kecil. Tombak itu tepat mengenai Musailamah dan tembus pada sisi tubuh yang lain. Abu Dujanah Simak bin Khirasyah bersegera menuju Musailamah dan menebaskan pedang. Musailamah akhirnya tersungkur tewas.
Seorang perempuan berteriak dari arah gedung, “Pimpinan Wadha`ah telah dibunuh oleh seorang budak hitam.”
Jumlah pasukan kafir yang dibunuh di dalam kebun dan di medan perang mendekati angka 10.000 korban, dan ada yang mengatakan 21.000. Sedangkan jumlah pasukan Islam yang meninggal berjumlah 600 orang, dan ada yang mengatakan 500 orang. Wallahu a’lam.
***
Disadur dari sebuah buku terjemahan yang berjudul “Kisah Kepahlawanan Para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum”, seri 2, cetakan pertama (Jumadil Akhir 1429 H/Juli 2008 M), penerbit: Hikmah Anak Sholih (HAS), Yogyakarta.
***
Catatan kaki :
[1] “Al-Kadzdzab” artinya pembohong besar (pendusta). Musailamah diberi gelar “Al-Kadzdzab” karena sepeninggal Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Musailamah mengaku-aku sebagai seorang nabi. Padahal telah terdapat dalil-dalil shahih yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para nabi, tidak ada lagi nabi setelah beliau.
- Firman Allah Ta’ala,
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapidia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.” (QS. Al-Ahzab [33]: 40)
- Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya, “Aku adalah penutup para Nabi dan tidak ada Nabi lagi sesudahku.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dengan sanad shahih menurut Muslim)
[2] Ucapan penyemangat ini menunjukkan cita-cita Musailamah yang rendah dan hina, karena di dalamnya dia menyemangati pasukannya untuk berperang bukan untuk Allah tetapi untuk dunia, sebagaimana pada akhir ucapan Musailamah ini, “Oleh karena itu, berperanglah kalian untuk membela kedudukan dan melindungi wanita-wanita kalian.” Adapun kaum muslimin berperang untuk Allah, di jalan Allah, dan dengan pertolongan Allah lah kaum muslimin memperoleh kemenangan.

100 MANUSIA PALING BERPENGARUH DI DUNIA

Nabi Muhammad SAW menempati kedudukan nomor satu daftar manusia yang paling berpengaruh dalam panggung sejarah dunia, dihitung sampai sekarang.
Hal ini dinyatakan oleh Michael H. Hart, seorang ahli astronomi dan ahli sejarah terkenal di Amerika Serikat dalam bukunya "The 100" yang terbit baru-baru Amerika Serikat.
Menurut Michael Hart, Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling berpengaruh di antara milyaran penduduk dunia, karena ia adalah satu-satunya manusia yang berhasil secara luar biasa baik dalam kegiatan keagamaan maupun pemerintahan
Daftar nama 100 orang paling berpengaruh itu selengkapnya adalah :
1.Nabi Muhammad SAW51.Umar bin Khatab
2.Isaac Newton52.Asoka
3.Nabi Isa53.Sam Augustine
4.Buddha54.Max Planck
5.Confucius55.John Calvin
6.Saint Paul56.William Morton
7.Thai Lun57.William Harvey
8.Johan Gutemberg58.Antoine Becquerel
9.Christopher Columbus59.Greger Mendel
10.Albert Einstein60.Joseph Lister
11.Karl Marx61.Nicholas August Otto
12.Louis Pasteur62.Louis Daguerre
13.Galileo Galilei63.Joseph Stalin
14.Aristoteles64.Rene Descartes
15.V.I. Lenin65.Julius Caesar
16.Nabi Musa66.Francisco Pizarro
17.Charles Darwin67.Hernando Cortes
18.Chin Huang Ti68.Ratu Isabella I
19.Agustus Caesar69.William the Congqueror
20.Mao Tse-tung70.Thomas Jefferson
21.Genghis Khan71.Jean Jacques Rousseau
22.Euclid72.Edward Jenner
23.Martin Luther73.Wilhelm Rontgen
24.Nicolas Copernicus74.Johan Sebastian Bach
25.James Watt75.Lau-tzu
26.Constantine the Great76.Enrico Ferni
27.George Washington77.Thomas Maltus
28.Michael Faraday78.Francis Bacon
29.James Clerk Maxwell79.Voltaire
30.Orville dan Wilbur Wright80.John F. Kennedy
31.Antoine Laurent Lavoisier81.Gregory Pincus
32.Sigmund Freud82.Sui Wen Ti
33.lskandar Zulkarnaen83.Mani (Manes)
34.Napoleon Bonaparte84.Vasco da Gama
35.Adolf Hitler85.Charlemagne
36.William Shakespeare86.Cyrys the Great
37.Adam Smith87.Leonard Euler
38.Thomas Edison88.Nicollo Machiavelli
39.Anton van Leuwenhoek89.Zoroaster
40.Plato90.Menes
41.Gugleilmo Marconi91.Peter the Great
42.Ludwig van Beethoven92.Mencius
43,Werner Heisenberg93.John Dalton
44.Alexander G Bell94.Homer
45.Alexander Fleming95.Ratu Elizabeth I
46.Simon Bolivar96.Justinian I
47.Oliver Cromwell97.Johannes Kepler
48.John Locke98.Pablo Picasso
49.Michelangelo99.Mahavira
50.Pans Urban II100.Niels Bohr

SEJARAH PERANG YARMUK

Peperangan Yarmuk


Peperangan Yarmuk terjadi pada tahun 13 H sebelum penaklukan Damaskus. Sebagimana yang disebutkan oleh Saif bin Umar, dan di ikuti oleh Abu Ja'far Ibnu Jarir ath-Thabari.[Tarih ath-Thabari, 3/406]

Adapun al-Hafizh Ibn Asakir menukil dari Yazid bin Abu Ubaidah, al-Walid bin Muslim, Ibn Luhaiah, al-laits bin Sa'ad, dan Abu Ma'syar bahwa peristiwa ini terjadi pada tahun ke 15 H setelah penaklukan Damaskus. Muhammad bin Ishaq serta Khalifah bin Khayyat mengatakan, bahwa peperangan Yarmuk terjadi pada hari senin setelah lewat lima bulan Rajab tahun 5 H.[Tarikh Dimasyq, 1/254]

Ibnu Asakir berkata, "Inilah yang benar, dan adapun yang dinyatakan oleh Saif bahwa peristiwa ini terjadi sebelum penaklukan Damaskus pada tahun 13 H, maka tidak satupun yang mengikuti perkataannya.[Menurut Ibnu Katsir, yang masyhur adalah riwayat Saif, dan riwayat ini dijadikan sandaran ath-Thabari dan berjalan di atasnya, demikian pula Ibnu Atsir turut mengikutinya, dan al-Hafizh Ibn Katsir lebih mengedepankannya.

Persiapan Romawi Menghadapi Peperangan Di Yarmuk

Gambar Pejuang Tentara Islam Muslim Warrior bmxchik.deviantart.com
Gambar Pejuang/ Tentara Islam/ Muslim Warrior Image Sorce: bmxchik.deviantart.com
Ibnu Katsir berkata, "Inilah yang disebutkan oleh Saif dan lain-lainnya mengenai jalan peperangan sebagaimana disebutkan Ibnu Jarir dan lainnya, dia berkata,
"Ketika pasukan Islam berjalan menuju Syam, tentara Romawi merasa kaget dan sangat takut, segera mereka mengirim surat kepada Heraklius memberitahukan padanya tentang kejadian ini, disebutkan bahwa Heraklius ketika itu sedang berada di Homs, dan pada tahun itu dia baru melaksanakan haji ke Baitul Maqdis. Ketika berita ini sampai kepadanya dia menuliskan surat balasan, "Celakalah kalian sesungguhnya mereka adalah pemeluk agama baru. Tidak ada yang dapat mengalahkan mereka. Patuhilah aku dan berdamailah dengan mereka dengan menyerahkan kepada mereka setengah dari penghasilan bumi Syam. Bukankah kalian masih memiliki pegunungan Romawi? Jika kalian tidak mematuhi kata-kataku maka mereka pasti akan merampas negeri Syam dari kalian dan akan memojokkan kalian hingga terjepit di pegunungan Romawi."

Ketika mendapat balasan seperti ini mereka segera mengeluh dan mengerang laksana keledai liar sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika itu Kaisar berjalan menuju Homs dan memerintahkan agar seluruh tentara Romawi keluar bersama para panglima untuk menghadapi setiap panglima Islam dan pasukannya dengan membawa personil pasukan yang sangat banyak. Dia memerintahkan saudara kandungnya Tazariq dengan membawa 90.000 pasukan untuk menghadapi Amru bin al-Ash dan dia juga mengutus Jarajah bin Tuzra untuk menghadapi Yazid bin Abu Sufyan dengan mendirikan kemahnya sejajar dengan kemah Yazid dan dengan personil pasukan sebanyak 50.000 hingga 60.000 untuk menghadapi Yazid. Heraklius kemudian mengutus ad-Duraqis untuk menghadapi Syarahbil bin Hasanah. Dan al-Fiqar (ada yang mengatakan al-Qaiqalan bin Nusthus menantu Heraklius) untuk menghadapi Abu Ubaidah bin al-Jarrah dengan membawa 60.000 personil pasukan.

Orang-orang Romawi berkata, "Demi Allah, kita akan membuat Abu Bakar sibuk menghalangi para pasukan berkudanya untuk menginjakkan kaki mereka ditanah kita."

Jumlah tentara kaum muslimin ketika itu hanya sekitar 21.000 di luar pasukan Ikrimah bin Abu Jahal. la bersiap-siap berhenti di perbatasan negeri Syam dengan membawa 6000 pasukannya untuk membantu pasukan Islam bila diperlukan. Para panglima menulis surat kepada Abu Bakar tentang keberadaan personil pasukan musuh yang sangat besar jumlahnya. Maka Abu Bakar membalas surat mereka dan mengatakan,

"Hendaklah kalian bersatu dalam satu pasukan, dan hadapilah tentara kaum musyrikin, sesungguhnya kalian adalah Ansharullah (penolong agama Allah) dan Allah pasti akan menolong orang-orang yang menolong agamaNya. Sebaliknya Dia pasti akan menghinakan orang-orang yang kafir terhadapNya. Sesungguhnya kalian tidak akan dikalahkan karena jumlah kalian yang sedikit, tetapi kalian akan dikalahkan disebabkan dosa-dosa kalian, maka jagalah diri kalian dari dosa-dosa, dan hendaklah setiap panglima pasukan shalat bersama tentaranya."

Ketika Heraklius mendengar apa yang dikatakan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. kepada para tentaranya agar bersatu, ia segera menulis surat kepada seluruh panglimanya untuk menyatukan seluruh pasukan pula. Dan hendaklah seluruh pasukan berhenti di tempat yang luas, lapang dan sedikit jalan untuk melarikan diri. Pimpinan tertinggi seluruh pasukan adalah saudaranya sendiri, yakni Tazariq. Pasukan terdepan dipimpin oleh Jarajah, dan sayap kiri dan kanan oleh Bahan dan ad-Daraqus, pasukan penyerang dipimpin oleh al-Faiqar.[Tarikh ath-Thabari, 3/393 dari riwayat Saif bin Umar.]

Saif bin Umar berkata, Tentara Romawi mulai bergerak dan berhenti di al-Waqusah dekat Yarmuk dan lembah itu menjadi parit bagi mereka.

BIOGRAFI UMAR BIN KHATTAB

Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan.

Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau merupakan  khalifah kedua didalam islam setelah Abu Bakar As Siddiq.

Nasabnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin 'Adiy bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya Ka'ab. Antara beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau "kun-yah" Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang paling tua; dan memberi "laqab" (julukan) al Faruq.


Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab:عمر ابن الخطاب) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu diantara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin).
Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah Muhammad, Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari kebodohannya saat itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku".
Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.

MEMELUK ISLAM UMAR BIN KHATTAB

Ketika Muhammad menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Muhammad.

Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Muhammad, Umar memutuskan untuk mencoba membunuh Muhammad, namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan salah seorang pengikut Muhammad bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa oleh Muhammad yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca Al Qur'an (surat Thoha ayat 1-8), ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini selalu membelanyani membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Muhammad kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu membelanya.

KEHIDUPAN DI MADINAH UMAR BIN KHATTAB

Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Muhammad dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi) (ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad. Ia dianggap sebagai seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Muhammad dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia ikut menyiksa Muhammad dan para pengikutnya.

KEMATIAN MUHAMMAD UMAR BIN KHATTAB

Pada saat kabar kematian Muhammad pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) di Madinah sampai kepada umat Muslim secara keseluruhan, Umar dikabarkan sebagai salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar berkeras bahwa Muhammad tidaklah wafat melainkan hanya sedang tidak sadarkan diri, dan akan kembali sewaktu-waktu.


Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, Ia menjumpai Umar sedang menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan (|cquote! :"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."! |)
Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang, termasuk Umar saat itu, bahwa Muhammad, seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa, Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an yan mencoba untuk mengingatkan mereka kembali kepada ajaran yang diajarkan Muhammad yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.

MASA KEKHALIFAHAN ABU BAKAR UMAR BIN KHATTAB

Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Ssetelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.

MENJADI KHALIFAH

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.

Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.

Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.

Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.

KEMATIAN UMAR BIN KHATTAB

Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:
  1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
  2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
  3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
  4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
  5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.

  1. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

Jumat, 13 September 2013

Wanita Perkasa Asma' binti Yazid

Asma’ binti Yazid adalah wanita yang cerdas dan tidak takut bertanya, sehingga dia menjadi orator dan utusan kalangan wanita. Dia dijuluki dengan Ummu Salamah. Disebut juga dengan Ummu Amir. 

Dia tergolong wanita-wanita yang berbaiat dan mujahidah. Suami Asma’ binti Yazid adalah Abu Said Al-Anshari, yang nama sebenarnya adalah Said bin Imarah. Ibunya adalah Ummu Sa’ad binti Huzaim bin Mas’ud Al-Asyhaliyah.

Asma’ adalah utusan para wanita untuk menghadap Rasulullah SAW. Ini menunjukkan bahwa dia termasuk wanita cerdas dan kuat beragama. Pernah diriwayatkan bahwa dia menghadap kepada Nabi SAW seraya berkata, “Aku adalah utusan para wanita Muslimah di belakangku. Mereka seluruhnya mengatakan sebagaimana kata-kataku dan berpendapat sebagaimana pendapatku."

Dia melanjutkan, "Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada pria dan wanita. Kami beriman kepada engkau dan mengikuti engkau. Kami terbatas dengan urusan rumah tangga, menjadi tempat pemuas nafsu kaum pria, mengandung anak-anak. Adapun kaum pria dilebihkan dengan shalat Jumat, mengantar jenazah, dan ikut berjihad. Jika mereka keluar untuk berjihad, maka kami menjaga harta mereka dan kami mendidik anak-anak mereka. Apakah kami mendapatkan pahala yang sama dengan pahala mereka, wahai Rasulullah?” tanya Asma.

Rasulullah SAW menolehkan wajahnya kepada para sahabat dan bersabda, “Apakah kalian pernah mendengarkan kata-kata seorang wanita yang bertanya tentang perkara agama yang lebih baik daripada pertanyaan ini?” 

Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, kami tidak menyangka bahwa wanita mendapat petunjuk ke arah itu.”

Rasulullah SAW pun mengalihkan wajahnya kepada wanita itu dan bersabda, “Kembalilah wahai Asma’, dan jelaskan kepada siapa pun di belakangmu bahwa jika seorang dari kalian dapat mengurus suami dengan sebaik mungkin, dan ia mencari keridhaan suaminya, menaatinya demi mendapat kesepakatannya, semua yang disebutkan itu sama pahalanya dengan kebaikan yang sama yang dikerjakan kaum pria.” 
Asma’ pun kemudian pulang dengan menyerukan takbir dan tahlil sebagai tanda ‎kegembiraannya menyambut perkataan Rasulullah SAW.

Asma’ meninggalkan karya spektakuler di dalam buku catatan tentang para mujahidah, yang dikenang sepanjang masa. Bagaimana tidak, dia itu berasal dari keluarga yang mempersembahkan jiwanya untuk membela Rasulullah SAW.

Saat terjadi perang Uhud, dan ketika keadaan sangat sulit, beberapa orang anggota keluarga As-Sakan merasa terpanggil untuk menjaga Rasulullah SAW dengan bersemangat dan ikhlas. Pada saat itu terlihat dengan jelas kecintaan, keseriusan, dan kepahlawanan. 

Sifat-sifat tersebut sangat langka dan menakjubkan. Ketika musuh telah menjadikan Rasulullah dan para sahabat yang bersamanya demikian terjepit, beliau bersabda, “Barangsiapa yang mengusir mereka dari kita, maka baginya surga, atau ia akan menjadi pendampingku di surga.”

Sejarah Khalid bin Walid

Khalid bin Walid, Panglima Perang, si Pedang Allah( cerita panjang)

13/09/2013 15:13
Pribadi yang mengaku tidak tahu dimana dan dari mana kehidupannya bermula, kecuali di suatu hari dimana ia berjabat tangan dengan Rasulullah saw, berikrar dan bersumpah setia….saat itulah dia merasa dilahrikan kembali sebagai manusia “Dialah orang yang tidak pernah tidur, dan tidak membiarkan orang lain tidur.”
Suatu saat Khalid bin Walid pernah menceritakan perjalanannya dari Mekah menuju Madinah kepada Rasulullah:
“Aku menginginkan seorang teman seperjalanan, lalu kujumpai Utsman bin Thalhah; kuceritakan kepadanya apa maksudku, ia pun segera menyetujuinya. Kami keluar dari kota Mekah sekitar dini hari, di luar kota kami berjumpa dengan Amr bin Ash.
Maka berangkatlah kami bertiga menuju kota Madinah, sehingga kami sampai di kota itu di awal hari bulan Safar tahun yang ke delapan Hijriyah. Setelah dekat dengan Rasulullah saw kami memberi salam kenabiannya, Nabi pun membalas salamku dengan muka yang cerah. Sejak itulah aku masuk Islam dan mengucapkan syahadat yang haq…”
Rasulullah bersabda, “Sungguh aku telah mengetahui bahwa anda mempunyai akal sehat, dan aku berharap, akal sehat itu hanya akan menuntun anda kejalan yang baik…” Oleh karena itulah, aku berjanji setia dan bai’at kepada beliau, lalu aku Mohon “Mohon Rasulullah mintakan ampun untukku terhadap semua tindakan masa laluku yang menghalangi jalan Allah…”
Dalam perang Muktah, ada tiga orang Syuhada Pahlawan, mereka adalah Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah, mereka bertiga adalah Syuhada Pahlawan si Pedang Allah di Tanah Syria. Untuk keperluan perang Muktah ini, pasukan musuh, Pasukan Romawi mengerahkan sekitar 200.000 prajurit.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda, “Panji perang di tangan Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersama panjinya sampai ia tewas. Kemudian panji tersebut diambil alih oleh Ja’far, yang juga bertempur bersama panjinya sampai ia gugur sebagai syahid. Kemudian giliran Abdullah bin Rawahah memegang panji tersebut sambil bertempur maju, hingga ia juga gugur sebagai Syahid.”
“Kemudian panji itu diambil alih oleh suatu Pedang dari pedang Allah, lalu Allah membukakan kemenangan di tangannya.”
Sesudah Panglima yang ketiga gugur menemui syahidnya, dengan cepat Tsabit bin Arqam menuju bendera perang tersebut, lalu membawanya dengan tangan kanannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi di tengah-tengah pasukan Islam agar barisan mereka tidak kacau balau, dan semangat pasukan tetap tinggi…
Tak lama sesudah itu, dengan gesit ia melarikan kudanya kearah Khalid bin Walid, sambil berkata kepadanya, “Peganglah panji ini, wahai Abu Sulaiman…!”
Khalid merasa dirinya sebagai seorang yang baru masuk Islam, tidak layak memimpin pasukan yang di dalamnya terdapat orang-orang Anshor dan Muhajirin yang terlebih dahulu masuk Islam daripadanya, Sopan, Rendah hati, arif bijaksana, itulah sikapnya. Ketika itu ia menjawab, “Tidak….. jangan saya yang memegang panji suci ini, engkaulah yang paling berhak memegangnya, engkau lebih tua, dan telah menyertai perang Badar!”
Tsabit menjawab, “Ambillah, sebab engkau lebih tahu siasat perang daripadaku, dan demi Allah aku tidak akan mengambilnya, kecuali untuk diserahkan kepadamu!”  kemudian ia berseru kepada semua pasukan muslim, Bersediakah kalian di bawah pimpinan Khalid?” mereka menjawab, “Setuju!”
Dengan gesit panglima baru ini melompati kudanya, di dekapnya panji suci itu dan mencondongkannya kearah depan dengan tangan kanannya, seakan hendak memecahkan semua pintu yang terkunci itu, dan sudah tiba saatnya untuk di dobrak dan diterjang. Sejak saat itulah, kepahlawanannya yang luar biasa, terkuak dan mencapai titik puncak yang telah ditentukan oleh Allah baginya…
Saat perang Muktah inilah korban di pihak kaum muslimin banyak berjatuhan, dengan tubuh-tubuh mereka berlumuran darah, sedang balatentara Romawi dengan jumlah yang jauh lebih besar, terus maju laksana banjir yang terus menyapu medan tempur.
Dalam situasi yang sangat sulit itu, tak ada jalan dan taktik perang yang bagaimanapun, akan mampu merubah keadaan. Satu-satunya jalan yang dapat dilakukan oleh seorang Komandan perang, ialah bagaimana melepaskan tentara Islam ini dari kemusnahan total, dengan mencegah jatuhnya korban yang terus berjatuhan, serta berusaha keluar dari keadaan itu dengan sisa-sisa yang ada dengan selamat
Pada saat yang genting itu, tampillah Khalid bin Walid, si Pedang Allah, yang menyorot seluruh medan tempur yang luas itu, dengan  kedua matanya yang tajam. Diaturnya rencana dan langkah yang akan diambil secepat kilat, kemudian membagi pasukannya  kedalam kelompok-kelompok besar dalam suasana perang berkecamuk terus. Setiap kelompok diberinya tugas sasaran masing-masing, lalu dipergunakanlah seni Yudhanya yang membawa mukjizat, dengan kecerdikan akalnya yang luar biasa, sehingga akhirnya ia berhasil membuka jalur luas diantara pasukan Romawi. Dari jalur itulah seluruh pasukan Muslim menerobos dengan selamat. Karena prestasinya dalam perang inilah Rasulullah menganugrahkan gelar kepada Khalid bin Walid, “Si Pedang Allah yang senantiasa terhunus”.
Sepeninggal Rasulullah, wafat, Abu Bakar memikul tanggung jawab sebagai Khalifah. Dia menghadapi tantangan yang sangat besar dan berbahaya, yaitu gelombang kemurtadan yang hendak menghancurkan agama yang baru berkembang ini. Berita-berita tentang pembangkangan kaum-kaum dan suku-suku Di Jazirah Arab ini, dari waktu ke waktu semakin membahayakan. Dalam keadaan genting seperti ini, Abu Bakar sendiri maju untuk memimpin pasukan Islam. Tetapi para sahabat utama tidak sepakat dengan tindakan Abu Bakar ini. Semuanya sepakat untuk meminta Khalifah agar tetap tinggal di Madinah.
Sayyidina Ali terpaksa menghadang Abu Bakar dan memegang tali kekang kuda yang sedang di tungganginya untuk mencegah keberangkatannya bersama pasukannya menuju medan perang, sembari berkata, “Hendak kemana Engkau wahai Khalifah Rasulullah, akan kukatakan kepadamu apa yang pernah dikatakan Rasulullah di hari Uhud: “Simpanlah pedangmu wahai Abu Bakar, jangan engkau cemaskan kami dengan dirimu!”
Di hadapan desakan dan suara bulat kaum muslimin, Khalifah terpaksa menerima untuk tetap tinggal di kota Madinah. Maka setelah itu, di bagilah tentara Islam menjadi sebelas kesatuan, dengan beban tugas tertentu. Sedang sebagai kepala dari keseluruhan pasukan tersebut, diangkatlah Khalid bin Walid. Dan setelah menyerahkan bendera kepada masing-masing komandannya, Khalifah mengarahkan pandangan kepada Khalid bin Walid, sambil berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, bahwa sebaik-baik hamba Allah dan kawan sepergaulan, ialah Khalid bin Walid, sebilah pedang diantara pedang Allah yang ditebaskan kepada orang-orang kafir dan munafik…!”
Khalid pun segera melaksanakan tugasnya dengan berpindah-pindah dari suatu tempat medan tempur  ke pertempuran yang lain, dari suatu kemenangan ke kemenangan berikutnya.
Datanglah perintah dari Khalifah Abu Bakar, kepada Panglima yang tak tertandingi ini, agar berangkat menuju Yamamah untuk memerangi Bani Hanifah bersama kabilah-kabilah yang telah bergabung dengan mereka yang terdiri dari gabungan aneka ragam tentara murtad yang paling berbahaya. Pasukan ini di pimpin oleh Musalimah al-Kadzdzab..
Khalid bersama pasukannya mengambil posisi di dataran bukit-bukit pasir Yamamah, dan menyerahkan bendera perang kepada komandan-komandan pasukannya, sementara Musailamah menghadapinya dengan segala kecongkakan dan kedurhakaan bersama dengan pasukan tentaranya yang sangat banyak, seakan-akan tak akan habis-habisnya.
Di tengah pertempuran yang berkecamuk amat dahsyat ini, Khalid melihat keunggulan musuh, ia lalu memacu kudanya ke suatu tempat tinggi yang terdekat, lalu ia melayangkan pandangannya ke seluruh medan tempur. Pandangan cepat yang diliputi ketajaman dan naluri perangnya, dengan cepat ia dapat mengetahui dan menyimpulkan titik kelemahan pasukannya.
Ia dapat merasakan, ada rasa tanggung jawab yang mulai melemah di kalangan parajuritnya di tengah serbuan-serbuan mendadak pasukan Musailamah. Maka diputuskanlah secepat kilat untuk memperkuat semangat tempur dan tanggung jawab pasukan muslimin itu. Di panggilnya komandan-komandan teras dan sayap, ditertibkannya posisi masing-masing di medan tempur, kemudian ia berteriak dengan suaranya yang mengesankan kemenangan:
“Tunjukkanlah kelebihanmu masing-masing…, akan kita lihat hari ini jasa setiap suku!”
Orang-orang Muhajirin maju dengan panji-panji perang mereka, dan orang-orang Anshor pun maju dengan panji-panji perang mereka, kemudian setiap kelompok suku dengan panji-panji tersendiri. Semangat juang pasukannya jadi bergelora lebih panas membakar, yang dipenuhi dengan kebulatan tekad, menang atau mati syahid. Sedangkan Khalid terus menggemakan Takbir dan Tahlil, sambil memberikan komando kepada para komandan lapangannya. Dalam waktu singkat, berubahlah arah pertempuran, prajurit-prajurit pimpinan Musailamah mulai berguguran, laksana nyamuk yang meggelepar berjatuhan.
Khalid bin Walid berhasil menyalakan semangat keberaniannya seperti sengatan aliran listrik kepada setiap parajuritnya, itulah salah satu keistimewaannya dari sekian banyak keunggulannya. Musailamah tewas bersama para prajuritnya, bergelimpangan memenuhi seluruh area medan pertempuran, dan terkuburlah selama-lamanya bendera yang menyerukan kebohongan dan kepalsuan.
Selanjutnya, Khalifah Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid untuk berangkat menuju Irak, maka berangkatlah sang Mujahid ini ke Irak. Ia memulai operasi meliternya di Irak dengan mengirim surat ke seluruh Pembesar Kisra (Kaisar Persia) dan Gubernur-Gubernurnya di semua wilayah Irak.
“Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Khalid Ibnu Walid kepada para pembesar Persi. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk. Kemudian segala puji kepunyaan Allah yang telah memporak porandakan kaki tangan kalian, dan merenggut kerajaan kalian, serta melemahkan tipu daya kalian. Siapa yang shalat seperti shalat kami, dan menghadap kiblat kami, jadilah ia seorang muslim. Ia akan mendaptkan hak seperti hak yang kami dapatkan, dan ia berkewjiban seperti kewajiban kami. Bila telah sampai kepada kalian surat ini, maka hendaklah kalian kirimkan kepadaku jaminan, dan terimalah dariku perlindungan jika tidak, maka demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, akan kukirimkan kepada kalian satu kaum berani mati, padahal kalian masih sangat mencintai hidup…!”
Para mata-mata yang disebarkannya ke seluruh penjuru Persia datang menyampaikan berita tentang keberangkatan pasukan bala tentara yang sangat besar yang dipersiapkan oleh panglima-panglima Persia di Irak.
Khalid tidak membuang-buang waktu, dengan cepat ia memersiapkan pasukannya untuk menghadapi pasukan Persia tersebut. Dalam perjalanan menuju Persia ini ia berhasil memperoleh kemenangan-kemenangan, mulai dari Ubullah, As-Sadir, di susul Najaf, lalu Al-Hirah, Al-Ambar, sampai Khadimiah. Di setiap tempat yang berhasil ia taklukkan ia disambut wajah berseri penduduknya, karena di bawah bendera Islam, mereka orang-orang yang lemah yang tertindas penjajah Persia, dapat berlindung dengan aman.
Rakyat yang terjajah dan lemah selama ini banyak mengalami derita perbudakan dan penyiksaan dari orang Persia. Khalid selalu berpesan dengan peringatan keras, kepada seluruh pasukannya setiap kali akan berangkat ke medan tempur:
“Jangan kalian sakiti para petani, biarkanlah mereka bekerja dengan aman, kecuali bila ada yang hendak menyerang kalian, perangilah orang-orang yang memerangi kalian…”.
Kemenangan yang diraih oleh orang-orang Islam di Irak dari orang Persia menimbulkan harapan diperolehnya kemenangan yang sama pada orang Romawi di Syria. Khalifah Abu Bakar mengerahkan sejumlah pasukan dan menunjuk bebrapa orang pilihan sebagai Panglimanya, seperti Abu Ubaidah bin Jarrah, Amr bin Ash dan Yazid bin Abu Sufyan serta Muawiyah bin Abu Sufyan.
Pada saat balatentara Islam ini mulai bergerak, berita ini sampai kepada Kaisar Romawi. Ia menyarankan para menteri dan Jenderal-jenderalnya supaya berdamai saja dengan orang-orang Islam, dan berperang melawan mereka, karena itu hanya akan menimbulkan kerugian saja. Tetapi para menteri dan Jenderal-Jenderalnya tetap bersikeras hendak meneruskan perang sambil sesumbar: “Demi Tuhan, akan kita layani Abu Bakar itu, sampai ia tidak mampu mendatangkan pasukan berkudanya ke negeri kita ini.”
Mereka menyiapkan tidak kurang dari 240.000 tentara untuk peperangan ini. Para mata-mata pasukan tentara Islam mengirimkan gambaran tentang situasi gawat ini kepada Khalifah. Mengetahui hal itu Abu Bakar berkata, “Demi Allah, semua kekhawatiran dan keragu-raguan mereka akan kusembuhkan dengan kedatangan Khalid.”  Penyembuh kekhawatiran ini, berupa perintah berangkat ke negeri Syam kepada Khalid untuk memimpin seluruh pasukan Islam yang sudah mendahului berada di sana. Dengan sigap Khalid bin Walid melaksanakan perintah Khalifah, dan menyerahkan pimpinan pasukan di Irak kepada Mutsanna bin Haritsah, setelah semua urusannya di Irak selesai, ia segera berangkat menuju Syam.
Di medan perang, sebelum pertempuran di mulai, ia berdiri di tengah-tengah pasukannya sambil berpidato, “Hari ini adalah hari-hari Allah, tak pantas kita di sini berbangga-bangga dan berbuat durhaka….Ikhlaskanlah jihad kalian, dan harapkan Ridlo Allah dengan perangmu! Mari kita bergantian memegang pimpinan, yaitu secara bergiliran. Hari ini salah seorang memegang pimpinan, besok yang lain, lusa yang lain lagi, sehingga seluruhnya mendapat kesempatan memimpin…!”
Balatentara Romawi, jika dilihat dari besarnya jumlah tentara dan perlengkapan persenjataan yang mereka miliki, merupakan sesuatu yang sangat mendebarkan bagi siapa saja yang melihatnya. Tak diragukan lagi, bahwa pasukan Islam sebelum kedatangan Khalid bin Walid merasa gentar dan cemas serta gelisah dalam jiwa mereka. Hanya karena iman merekalah yang membuat hati mereka mantap.
Bagaimanapun hebatnya orang-orang Romawi dan balatentaranya, tapi Abu Bakar telah berkata, “Khalid yang akan menyelesaikannya…, Demi Allah, segala kekhawatiran mereka akan kulenyapkan dengan seorang Khalid! Biarkan orang-orang Romawi dengan segala kehebatannya itu datang! Bukankah bagi kaum muslimin ada tukang pukulnya?”
Khalid bin Walid membrifing komandan-komandan tentaranya, dengan mempersiapkan dan membagi-bagi pada beberapa kesatuan besar. Diaturnya langkah-langkah taktik dan strategi untuk menyerang dan bertahan, untuk menandingi taktik-taktik tentara Romawi, seperti yang telah dialaminya dari kawan-kawannya orang Persia di Irak, dengan melukiskan setiap kemungkinan dari peperangan ini.
Sebelum terjun ke kancah peperangan, ada satu hal yang sedikit menganggu pikirannya, yaitu kemungkinan sebagian anggota pasukannya yang melarikan diri, terutama mereka yang baru saja masuk Islam, setalah mereka melihat kehebatan dan keseraman tentara Romawi.
Salah satu rahasia kemenangan-kemenangan istimewa yang diraih Khalid dalam setiap pertempuran,ialah “Tsabat” artinya tetap tabah dan disiplin. Ia melihat, bahwa larinya dua tiga orang prajurit, akan menyebarkan kepanikan dan kekacauan pada seluruh kesatuan  yang akan berakibat fatal, dan ini merpakan bencana. Oleh sebab itu, tindakannya sangat tegas dan keras sekali terhadap mereka yang membuang senjata dan melarikan diri dari medan pertempuran. Maka dalam peperangan Yarmuk ini, setelah seluruh pasukannya mangambil posisi, dipanggilnya perempuan-perempuan Muslimah untuk memanggul senjata. Mereka diperintahkan untuk mengambil posisi dibelakang barisan pasukan muslimin di setiap penjuru. Khalid berpesan kepada mereka, “Siapa saja yang melarikan diri dari medan pertempuran ini, bunuh saja mereka!”
Sebelum pertempuran dahsyat itu berlangsung, Panglima tentara Romawi meminta Khalid Tampil ke depan, karena ingin berbicara dengannya. Khalid tampil ke depan sehingga mereka berdua saling berhadapan di atas punggung kuda masing-masing, di suatu tempat tanah lapang diantara kedua pasukan.
Panglima pasukan tentara Romawi yang bernama Mahan itu berkata kepada Khalid:
“Kami tahu, bahwa yang mendorong kalian keluar dari negeri kalian tidak lain hanyalah karena kelaparan dan kesulitan, jika kalian setuju, saya beri dari masing-masing kalian ini 10 dinar lengkap dengan pakaian dan makanan, asalkan kalian pulang kembali ke negeri kalian. Dan di tahun yang akan datang saya akan kirimkan sebanyak itu pula……!
Mendengar itu, bukan main marahnya Khalid, tapi hal tetap ditahan, sambil menggetakkan giginya, ia menganggap suatu penghinaan dan kekurang ajaran dari panglima Romawi itu. Lalu di jawabnya dengan berucap:
“Bahwa yang mendorong kami keluar dari negeri kami, bukan karena lapar seperti yang anda kira, tapi kami adalah suatu bangsa yang biasa minum darah. Dan kami sangat paham, bahwa tak darah yang lebih manis dan lebih enak dari darah orang-orang Romawi, karena itulah kami datang!”
Panglima Khalid bin Walid menggeretakkan kekang kudanya, sambil kembali ke barisan pasukannya, diangkatnya bendera tingi-tinggi sebagai tanda dimulainya pertempuran. “Allahu Akbar,……berhembuslah angin surga,” teriaknya. Di tengah-tengah poertempuran sengit itu berlangsung, ada salah seorang dari tentara muslim yang mendekati Abu Ubaidan bin Jarrah, sambil berkata, “Aku sudah bertekad untuk mati syahid, apakah anda mempunyai pesan penting yang bisa kusampaikan kepada Rasulullah saw, jika aku menemuinya nanti?” Abu Ubaidah menjawab, “Ada, sampaikan kepada beliau, Ya Rasululullah, sesungguhnya kami telah menemukan bahwa apa yang telah di janjikan Allah, memang benar!”
Setelah itu, lelaki itu pergi menyeruak ke tengah-tengah medan pertempuran dengan menyerang bagai anak panah yang lepas dari busurnya. Ia menyerbu ke tengah-tengah pertempuran dahsyat, merindukan tempat peraduan, sampai akhirnya ia mati syahid. Dia adalah Ikrimah Abu jahal, anak Abu Jahal. Ia berseru kepada barisan tentara orang-orang Islam, pada saat tekanan tentara Romawi semakin berat, dengan suara lantang, dia berkata, “Sungguh aku telah lama memerangi Rasulullah di masa lalu, sebelum aku mendapat hidayah dari Allah, masuk Islam. Apakah pantas aku lari hari ini, dari musuh-musuh Allah ini?” sambil berteriak ia berseru kepada pasukan Muslim, “Siapa yang bersedia dan berjanji untuk mati?”
Sekelompok pasukan muslimin berjanji kepada Ikrimah untuk berjuang sampai mati, kemudian mereka sama-sama menyerbu ke jantung pertahanan musuh, mereka hanya mencari kemenangan, tetapi jika kemenangan itu harus ditebus dengan jiwa raganya, mereka sudah siap untuk mati syahid….. Allah menerima pengorbanan  dan bai’at mereka, mereka semuanya mati syahid.
Di tengah pertempuran sengit itu, Khalid bin Walid mengerahkan 100 orang tentaranya, tidak lebih. Mereka diperintahkan untuk bersamanya menyerbu sayap kiri pasukan tentara Romawi yang jumlahnya tidak kurang dari 40.000 orang tentara. Khalid berpesan kepada mereka,: “Demi Allah, yang diriku di tangan-Nya, tak ada lagi kesabaran dan ketabahan yang tinggal pada orang-orang Romawi, kecuali apa yang kami lihat! Sungguh, aku berharap Allah memberikan kesempatan kepada kalian untuk menebas batang-batang keher mereka…!”
Kehebatan Khalid bin Walid ini sangat mengagumkan para panglima dan komandan tentara Romawi. Hal ini mendorong salah seorang dari mereka, bernama Georgius, mengundang Khalid pada saat-saat peperangan berhenti beristirahat, untuk bercakap-cakap. Panglima Romawi itu berkata kepada Khalid:
“Tuan Khalid,….jujurlah anda kepadaku, jangan berbohong, sebab orang merdeka itu tak pernah bohong! Apakah Tuhan telah menurunkan sebilah pedang kepada Nabi anda dari langit, lalu pedang itu diberikannya kepada anda, hingga setiap anda hunuskan terhadap siapapun, pedang tersebut pasti membinasakannya?” jawab Khalid, “Oh, tidak.”
Orang itu bertanya lagi, “Mengapa anda dinamakan Si Pedang Allah?” Jawab Khalid, “Sesungguhnya Allah telah mengutus Rasul-Nya kepada kami, sebagian kami ada yang membenarkannya, dan sebagian lagi ada yang mendustakannya sehingga Allah menjadikan hati kami menerima Islam, dan memberi petunjuk kepada kami melalui Rasul-Nya, lalu kami berjanji setia kepadanya……, Rasulullah mendoakanku dan berkata kepadaku, “Engkau adalah pedang Allah diantara sekian banyak pedang-pedang-Nya.” Demikianlah, maka aku diberi julukan  pedang Allah”.
Dialog selanjutnya terjadi antara panglima itu dengan Khalid:
  • Kepada siapa anda sekalian diserunya?
  • Kepada Men-tauhid-kan Allah dan kepada Islam
  • Apakah orang-orang yang masuk Islam sekarang akan mendapatkan pahala seperti anda juga?
  • Memang, bahkan lebih……..
  • Bagaimana dapat terjadi, padahal anda telah lebih dahulu memasukinya?
  • Karena sesungguhnya kami telah hidup bersama Rasulullah dan kami telah melihat tanda-tanda Kerasulan dan mukjizatnya, dan wajar bagi setiap orang yang telah melihat seperti yang kami lihat, dan mendengar seperti yang kami dengar, akan masuk Islam dengan mudah. Adapun anda, wahai orang-orang yang belum pernah melihat dan mendengarnya, lalu anda beriman kepada yang gaib, maka pahala anda lebih berlipat ganda dan besar, bila anda membenarkan Allah dengan hati ikhlas serta niat yang suci…
Panglima Romawi itu kemudian berseru sambil memajukan kudanya ke dekat Khalid dan berdiri disampingnya “Ajarkanlah kepadaku Islam itu, wahai Khalid….! Maka setelah itu masuk islamlah si panglima itu, dan salat dua rakaat, satu-satunya salat yang sempat dilakukan, karena setelah peristiwa itu kedua pasukan mulai bertempur lagi. Panglima Romawi, Georgius, yang sekarang bertempur di pihak kaum muslimin itu, dengan matian-matian menuntut syahid, sampai ia mencapainya dan ia mendapatkannya……..
Kehidupan Khalid bin Walid adalah perang sejak lahir sampai matinya. Lingkungan, Pendidikan, pertumbuhan dan seluruh hidupnya, sebelum dan sesudah Islam, seluruhnya merupakan arena bagi seorang pahlawan Berkuda yang sangat lihai dan ditakuti
Pedangnya adalah alat yang sangat ampuh sebagai penebus masa lalunya. Pedang yang berada dalam genggaman seorang panglima berkuda seperti Khalid, dan tangan yang menggenggam pedang itu digerakkan oleh hati yang bergelora serta di dorong oleh pembelaan yang mutlak terhadap agama yang suci, sungguh amat sulit bagi pedang ini untuk melepaskan diri sama sekali dari pembawaannya yang keras dan dahsyat, dan ketajamannya yang memutus…….
Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata, “Tak ada seorang wanita pun yang akan sanggup melahirkan lagi laki-laki seperti Khalid.” Ia adalah pribadi yang sering dilukiskan oleh para sahabat-sahabat maupun musuh-musuhnya, dengan: “Orang yang tidak pernah tidur, dan tidak membiarkan orang lain tidur.”
Suatu saat ia pernah berkata: “Tak ada yang dapat menandingi kegembiraanku, bahkan lebih pada saat malam pengantin, atau di saat dikaruniai Bayi, yaitu suatu malam yang sangat genting, dimana aku dengan ekspedisi tentara bersama orang-orang Muhajirin menggempur kaum musyrikin di waktu subuh.”
Ada sesuatu yang selalu merisaukan pikirannya sewaktu masih hidup, yaitu kalau-kalau ia mati di atas tempat tidur, padahal ia telah menghabiskan seluruh usianya di atas punggung kuda perang dan dibawah kilat pedangnya.
Ketika itu ia berkata: “Aku telah ikut serta berperang dalam pertempuran di mana-mana, seluruh tubuhku penuh dengan tebasan pedang, tusukan tombak serta tancapan anak panah…….kemudian inilah aku, tidak seperti yang aku inginkan, mati di atas tempat tidur, laksana matinya seekor unta.”
Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia berwasiat kepada Khalifah Umar, agar Khalifah mewakafkan harta kekayaan yang ia tinggalkan, yang berupa Kuda dan Pedangnya. Selebihnya tidak ada lagi barang berharga yang dapat dimiliki oleh orang.
Seumur hidupnya ia tak pernah dipengaruhi oleh keinginan, kecuali menikmati kemenangan dan berjaya mengalahkan musuh kebenaran.
Tak satupun kesenangan duniawi yang dapat mempengaruhi keinginan nafsunya, kecuali hanya satu, yaitu barang yang dengan sangat hati-hati sekali dan mati-matian ia menjaganya. Barang itu berupa Kopiah. Pernah suatu ketika, kopiah itu jatuh dalam perang Yarmuk. Ia bersama beberapa pasukannya dengan susah payah mencarinya. Ketika orang lain mencelanya karena itu, ia berkata, “Di dalamnya terdapat beberapa helai rambut dari ubun-ubun Rasulullah saw”.
Di saat jenazahnya di usung beberapa sahabat keluar dari rumahnya, sang ibu memandangnya dengan kedua mata yang bercahaya memperlihatkan kekerasan hati tapi disaput awan duka cita, lalu melepaskannya dengan kata-kata:
Jutaan orang tidak dapat melebihi keutamaanmu….
Mereka gagah perkasa tapi tunduk di ujung pedangmu…
Engkau pemberani melebihi Singa Betina…..
Yang sedang mengamuk melindungi anaknya……
Engkau lebih dahsyat dari air bah…..
Yang terjun dari celah bukit curam ke lembah……
Rahmat Allah bagi Abu Sulaiman,
Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada yang ada di dunia.
Ia hidup terpuji, dan berbahagia setelah mati…..