Jumat, 13 September 2013

Wanita Perkasa Asma' binti Yazid

Asma’ binti Yazid adalah wanita yang cerdas dan tidak takut bertanya, sehingga dia menjadi orator dan utusan kalangan wanita. Dia dijuluki dengan Ummu Salamah. Disebut juga dengan Ummu Amir. 

Dia tergolong wanita-wanita yang berbaiat dan mujahidah. Suami Asma’ binti Yazid adalah Abu Said Al-Anshari, yang nama sebenarnya adalah Said bin Imarah. Ibunya adalah Ummu Sa’ad binti Huzaim bin Mas’ud Al-Asyhaliyah.

Asma’ adalah utusan para wanita untuk menghadap Rasulullah SAW. Ini menunjukkan bahwa dia termasuk wanita cerdas dan kuat beragama. Pernah diriwayatkan bahwa dia menghadap kepada Nabi SAW seraya berkata, “Aku adalah utusan para wanita Muslimah di belakangku. Mereka seluruhnya mengatakan sebagaimana kata-kataku dan berpendapat sebagaimana pendapatku."

Dia melanjutkan, "Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada pria dan wanita. Kami beriman kepada engkau dan mengikuti engkau. Kami terbatas dengan urusan rumah tangga, menjadi tempat pemuas nafsu kaum pria, mengandung anak-anak. Adapun kaum pria dilebihkan dengan shalat Jumat, mengantar jenazah, dan ikut berjihad. Jika mereka keluar untuk berjihad, maka kami menjaga harta mereka dan kami mendidik anak-anak mereka. Apakah kami mendapatkan pahala yang sama dengan pahala mereka, wahai Rasulullah?” tanya Asma.

Rasulullah SAW menolehkan wajahnya kepada para sahabat dan bersabda, “Apakah kalian pernah mendengarkan kata-kata seorang wanita yang bertanya tentang perkara agama yang lebih baik daripada pertanyaan ini?” 

Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, kami tidak menyangka bahwa wanita mendapat petunjuk ke arah itu.”

Rasulullah SAW pun mengalihkan wajahnya kepada wanita itu dan bersabda, “Kembalilah wahai Asma’, dan jelaskan kepada siapa pun di belakangmu bahwa jika seorang dari kalian dapat mengurus suami dengan sebaik mungkin, dan ia mencari keridhaan suaminya, menaatinya demi mendapat kesepakatannya, semua yang disebutkan itu sama pahalanya dengan kebaikan yang sama yang dikerjakan kaum pria.” 
Asma’ pun kemudian pulang dengan menyerukan takbir dan tahlil sebagai tanda ‎kegembiraannya menyambut perkataan Rasulullah SAW.

Asma’ meninggalkan karya spektakuler di dalam buku catatan tentang para mujahidah, yang dikenang sepanjang masa. Bagaimana tidak, dia itu berasal dari keluarga yang mempersembahkan jiwanya untuk membela Rasulullah SAW.

Saat terjadi perang Uhud, dan ketika keadaan sangat sulit, beberapa orang anggota keluarga As-Sakan merasa terpanggil untuk menjaga Rasulullah SAW dengan bersemangat dan ikhlas. Pada saat itu terlihat dengan jelas kecintaan, keseriusan, dan kepahlawanan. 

Sifat-sifat tersebut sangat langka dan menakjubkan. Ketika musuh telah menjadikan Rasulullah dan para sahabat yang bersamanya demikian terjepit, beliau bersabda, “Barangsiapa yang mengusir mereka dari kita, maka baginya surga, atau ia akan menjadi pendampingku di surga.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar